Ketika laptop lawas Anda membutuhkan waktu lebih dari lima menit untuk booting Windows, Anda mungkin mulai berpikir untuk menggantinya atau lebih buruk lagi, membuangnya. Sayangnya, laptop sendiri tidak semudah PC/desktop untuk melakukan upgrade hardware.
Ini berarti ketika laptop Anda semakin “jadul”, maka semakin sulit untuk Anda mengganti komponen lama dengan yang lebih baru. Selain itu, terkadang ketersediaan komponen yang sesuai dengan laptop Anda juga tidak selalu tersedia.
Istilah Cloud Computing – artinya kira-kira pemrosesan atau komputasi yang terjadi di internet – kini begitu populer. Memungkinkan kita mengakses dan menyimpan data di manapun, sepanjang terhubung ke dunia maya. Sayang, di Indonesia, cara modern berkomputasi ini masih terhadang karena belum meratanya ketersediaan akses internet.
Cloud memang merupakan metafora dari internet; dalam bagan jaringan internet digambarkan sebagai awan atau cloud. Cloud juga berarti ada kumpulan sesuatu yang bekerja sama, sesuai dengan apa yang diharapkan, tanpa kita perlu mengetahui apa isi detil dari cloud tersebut.
Alamat internet protokol versi 4 (IPv4) sebagai salah satu sumber daya internet dunia sudah memasuki masa kritis. Menurut data terakhir, alokasi IPv4 saat ini tersisa sebesar 6-7% dari persediaan IPv4 seluruh dunia yang mencapai 4 miliar. Jadi saat ini sisanya blok alamat IPv4 tinggal sekitar 280 juta. Belum banyak khalayak yang menyadari dampak negatifnya terhadap masa depan perkembangan internet di dalam negeri, sedangkan negara-negara lain sudah menyadari situasi ini sejak awal dekade dan telah memilih untuk beralih ke protokol IPv6.
Teknologi IPv6 adalah protokol untuk Next Generation Internet. IPv6 didesain sedemikian rupa untuk jauh melampaui kemampuan IPv4 yang umum digunakan sekarang ini. Fitur-fitur dari aplikasi Internet masa depan dimungkinkan lewat penerapan teknologi IPv6. Selain itu, IPv6 juga telah memiliki fitur keamanan yang lebih baik daripada IPv4. Struktur jaringan IPv6 pun lebih fleksibel daripada struktur yang ada saat ini, karena masing-masing titik dapat mengalokasikan alamatnya masing-masing.
Penantian lama akhirnya terealisasi juga…
Mungkin kalimat diatas cocok utk menggambarkan perihal satu ini. Awalnya, perpustakaan STIKOM ingin memiliki website yang bisa menampung koleksi-koleksi lokal seperti tugas akhir, laporan kerja praktek, modul & materi perkuliahan, jurnal penelitian dosen, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hasil karya sivitas akademika STIKOM. Sempat melirik ke GreenStone, Koha, dan terakhir adalah GDL (Ganesha Digital Library). Untuk aplikasi GDL, sebenarnya sudah mewakili kebutuhan perpustakaan STIKOM, tetapi ada beberapa hal yang ternyata kurang sesuai dengan implementasi ke sistem internal STIKOM.
demby
"Benar mas agung Setelah saya cek error.log, ternyata tabel document yang bermasalah.. setelah saya lakukan ..."
Agung Prasetyo
"Halo, Setahu saya, kalau spt itu, ada kemungkinan dari databasenya yg bermasalah..karena disampaikan file2nya ..."
Agung Prasetyo
"Sepertinya eprints menggunakan fungsi email bawaan OS nya mas. jadi bisa pakai sendmail, ..."
Demby
"halo mas agung, mas, mau tanya, repo di tempat saya tiba-tiba filenya tidak ..."
dayat
"Sebelumnya terimakasih tutorialnya pak agung. saya mau nanya, apakh di eprints tidak ada library ..."
Powered by Lovecraft & Theme by Anders Norén
